Kamis, 25 Desember 2014

Analisa fenomena berdasarkan teori Viktor E. Frankl




Mantan Napi di Surabaya Jadi Penggerak Masyarakat
 Jun 16, 2013 at 14:02 WIB

Kampung Simokerto Tebasan, kampung yang terletak di samping Pemakaman Umum Kapas Krampung Surabaya, Jawa Timur, dulu terkenal dengan kampung menyeramkan. Kini kampung itu menjadi tempat yang aman. Apalagi terdapat tokoh baru yang merupakan mantan narapidana.
Seperti yang ditayangkan Liputan 6 SCTV, Minggu (16/6/2013), di kampung itu kini terdapat taman belajar bagi anak-anak kurang mampu, dan pengajian ibu-ibu. Keberhasilan dan perubahan wajah Kampung Simokerto tidak lepas dari usaha seorang penjaga makam yang ternyata mantan narapidana bernama Husin. Dia  berhasil merubah wajah kampungnya yang seram menjadi aman dan nyaman. Perubahan Husin dari sosok menyeramkan menjadi pribadi saleh, berawal dari pahitnya keluar masuk penjara. Hingga suatu hari dia bertemu dengan seorang ustad yang merubah jalan hidupnya. Dengan bimbingan ustad, pria yang memiliki tato di sekujur tubuhnya ini berubah. Perubahan yang dia juga tularkan pada warga sekitarnya di Kampung Simokerto Tebasan.
Gubuk semi permanen di samping pemakaman dia jadikan tempat pengajian yang diberi nama Tombo Ati. Dulu anggotanya mantan pekerja seks komersial (PSK) yang  berada di Kampung Simokerto Tebasan. Kini satu per satu mantan PSK itu diajak Husin untuk berubah. Tidak hanya itu, pria 57 tahun ini juga mendirikan sebuah taman belajar gratis bagi anak jalanan dan anak kurang mampu di sekitar kampungnya.


Kerja Sama dengan Yayasan

Husin bekerja sama dengan yayasan dengan mendirikan taman belajar. Tempatnya bersebelahan dengan kuburan. Setiap hari puluhan anak jalanan dan anak kampung kurang mampu belajar di taman belajar tersebut. Pelajaranya mulai dari membaca Alquran hingga belajar bahasa Inggris dan pelajaran sekolah pada umumnya. Mantan preman ini menjadi agen perubahan. Banyak anak-anak terbantu berkat taman belajar yang didirikan Husin. Ketulusannya membantu warga, membuat Husin mendapat kepercayaan dari sejumlah yayasan untuk menyalurkan bantuan ekonomi dan pendidikan kepada warga miskin di kampungnya. Pria yang menjabat ketua RT ini juga merelakan rumahnya dibangun menjadi MCK umum. Dia lebih memilih tinggal di gubuk sederhana berukuran 2 x 3 meter persegi. Bagi bapak 4 anak ini tidak ada artinya tinggal di rumah bagus, namun warga di sekelilingnya masih banyak yang mengalami kesulitan hidup. Cita-cita Husin sederhana. Dia hanya ingin melihat anak didiknya bisa meraih sukses.

Teori Viktor E. Frankl
            Viktor  frankl merupakan penggagas dari aliran logotherapy, logotherapy merupakan gabungan dari kata logos yang berarti meaning (makna) dan theraphy (terapi).
Frank membangun Logoterapi diatas tiga asumsi dasar yang satu sama lain saling mempengaruhi, yaitu :
1.      The Freedom of Will
Yaitu kebebasan seseorang untuk bertanggung jawab atau dengan kata lain manusia bebas berkehendak dan manusia jugalah yang menentukan dirinya sendiri.
2.      The Will to Meaning
 Menurut Frankl keinginan untuk hidup yang bermakna ini merupakan motivasi utama yang tedapat pada manusia untuk mencari, menemukan dan memenuhi tujuan dan arti hidupnya.
3.      The Meaning of Life
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang selalu berusaha untuk memaknai hidupnya. Frankl menganggap bahwa makna hidup itu bersifat unik, spesisfik, dan personal, sehingga masing-masing orang mempunyai makna hidupnya yang khas dan cara penghayatan yang berbeda antara pribadi yang satu dengan yang lainnya.

Sumber Makna hidup menurut Viktor Frankl :
Ø  Creative Values
Makna hidup seseorang hendaknya berasal dari berkarya,bekerja,menciptakan dan melaksanakannya karena seorang individu memang mencintai apa yang dikerjakannya.
Ø  Experiental Values
Bagaimana seorang individu meyakini dan memahami kebenaran yang ada,nilai-nilai keyakinan,keindahan,cinta kasih,serta keimanannya.
Ø  Attitudinal Values
Situasi dimana manusia tak mampu mengubah atau menghindari situasi yang tidak menyenangkan. Apabila dihadapkan dalam situasi seperti  ini maka yang bisa dilakukan adalah dengan cara mengubah sikap.

Pembahasan Fenomena menurut Teori Viktor Frankl
Menurut Frankl  The freedom of will adalah kebebasan seseorang untuk bertanggung jawab atau dengan kata lain manusia bebas berkehendak dan manusia jugalah yang menentukan dirinya sendiri, tokoh Husin dalam kasus / fenomena diatas adalah seorang mantan narapidana yang kini berubah menjadi sosok yang memiliki kepribadian saleh dan juga baik,perubahan yang terjadi pada dirinya merupakan kehendaknya sendiri dan bukan merupakan paksaan dari pihak lain, hal tersebut  dikarenakan  pengalaman yang ia rasakan akan pahitnya keluar masuk penjara. Keputusan yang dibuat oleh Husin untuk berubah menjadi sosok yang lebih baik adalah semata-mata karena ia ingin mencari makna dalam hidupnya atau yang disebut The will to meaning,ia telah merasakan pahitnya keluar masuk penjara dan ia memutuskan untuk berubah dan berharap bahwa ia akan menemukan makna dari perubahan tersebut. Kini ia telah menemukan The meaning of life nya, ia membawa banyak perubahan baik dikampungnya, ia juga bekerja sama dengan yayasan dengan mendirikan taman belajar dan mengabdikan dirinya pada yayasan tersebut , dia merasa bahwa ia telah menemukan makna hidup yang sebenarnya dan tujuan yang ingin ia capai adalah melihat anak-anak didiknya bisa meraih sukses.
            Makna hidup yang ia peroleh berasal dari creative value yang ia miliki,  ia terus berkarya,bekerja dan membawa perubahan yang sangat luar biasa dikampung tersebut, dengan kerja keras dan semangat yang ia miliki kini dia  berhasil merubah wajah kampungnya yang seram menjadi aman dan nyaman. Dari fenomena diatas kita dapat menyimpulkan bahwa experiental values merupakan salah satu sumber makna hidup yang ditemukan oleh Husin,hal itu diketahui dari  pemahamannya mengenai kebenaran yang ada,nilai-nilai keyakinan,keindahan,cinta kasih,serta keimanannya,dia telah menemukan kebenaran dan telah terbebas dari kejahatan yang selama ini menyertainya,cinta kasihnya terhadap kampung halaman dan juga anak didiknya serta keimanannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah membawanya kedalam kehidupan yang lebih bermakna dan lebih berarti. Keluar masuk penjara merupakan suatu peristiwa buruk yang menimpanya,ia sadar bahwa keluar masuk penjara adalah suatu hal yang tidak akan bisa ia hindari selama ia masih tetap menjadi preman atau orang jahat dan untuk menghindari hal tersebut  satu-satunya cara adalah dengan mengubah sikapnya,mengubah sikapnya menjadi yang lebih baik dan berjalan pada jalan yang benar sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat sehingga dengan sendirinya dia akan terbebas dari situasi yang tidak menyenangkan tersebut,hal ini disebut Frankl sebagai attitudinal Values.

Referensi
 Schultz dan Schultz. 2005. Theories of Personality