Selasa, 17 Maret 2015

contoh proposal penelitian kuantitatif


HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN INDEKS PRESTASI
PROPOSAL PENELITIAN



Oleh :
Juliani Sapitri Hasibuan
131301025
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2014/2015


BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang Masalah
Indeks prestasi (IP) merupakan tolak ukur bagi setiap mahasiswa untuk menunjukkan keberhasilannya dalam bidang akademik. Bloom (2009) mengungkapkan bahwa ukuran keberhasilan seorang mahasiswa dapat dilihat dari prestasi akademik yang telah dicapainya.  Pada tingkat perguruan tinggi, IP dihitung sebagai rata-rata nilai yang diperoleh seorang mahasiswa pada mata kuliah tersebut setelah diberi bobot dengan angka kredit. Nilai berkisar antara 4 (A, terbaik) sampai 0 (E, gagal). Angka kredit ditentukan besarnya (biasanya 1 sampai 4 Satuan Kredit Semester/SKS) berdasarkan bobot setiap mata kuliah. Bobot ini ditentukan berdasarkan pentingnya mata kuliah tersebut dalam membentuk kompetensi lulusan. Mahasiswa yang memperoleh indeks prestasi tinggi mengindikasikan bahwa  mahasiswa tersebut mampu mengikuti kuliah dengan baik dan sebaliknya semakin rendah indeks prestasi yang diperoleh menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut tidak mampu mengikuti kuliah dengan baik. Setiap mahasiswa pasti menginginkan indeks prestasi yang baik dan untuk memperoleh IP yang baik bukanlah suatu hal yang mudah, setiap mahasiswa yang menginginkan IP  yang baik haruslah menunjukan sikap yang aktif dalam pembelajaran, misalnya sering bertanya, rajin mencatat, memperhatikan penjelasan pengajar, dan juga percaya diri akan kemampuannya untuk memperoleh IP yang diharapkan, tetapi kebanyakan mahasiswa tidak tahu hal ini, kebanyakan mereka hanya tergantung kepada cara-cara belajar yang didapati di sekolah.
Memiliki indeks prestasi yang baik dapat mempermudah seseorang untuk memasuki dunia pekerjaan yang semakin hari semakin memiliki daya saing yang sangat besar, tuntutan dunia pekerjaan yang menginginkan tenaga kerja yang bermutu dan berpendidikan tinggi seakan menjadi acuan bagi para mahasiswa untuk terus berlomba dalam memperoleh indeks prestasi yang baik. Namun faktanya sebagian besar mahasiswa memiliki indeks prestasi yang kurang memuaskan sehingga menimbulkan kekecewaan bagi para pendidik, orangtua dan juga mahasiswa itu sendiri.
Kemampuan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik yang dihadapi tidak hanya dipengaruhi oleh potensi kognitif yang dimiliki remaja tetapi juga sangat dipengaruhi oleh keyakinan remaja mengenai kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Banyak yang beranggapan bahwa IQ adalah tolak ukur dalam pencapaian indeks prestasi, namun demikian berbekal IQ saja tidak akan menjamin seseorang mendapatkan indeks prestasi yang baik, oleh sebab itu masih banyak faktor yang harus diperhatikan oleh mahasiswa untuk memperoleh indeks prestasi yang baik. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan indeks prestasi dikalangan para mahasiswa adalah self-efficacy.
Self-efficacy menurut Bandura (1995) adalah persepsi, perasaan dan harapan terhadap diri sendiri mengenai seberapa mampu dan seberapa baik diri kita dapat melakukan sesuatu dengan baik. Sedangkan Self efficacy menurut Santrock    (2007)    adalah kepercayaan  seseorang  atas kemampuannya dalam menguasai situasi dan menghasilkan  sesuatu  yang menguntungkan. Satu peneliti mendefenisikan self – efficacy sebagai “ power of believing you can,” dan menambahkan jika self – efficacy adalah keyakinan untuk dapat menyelesaikan apa yang kita inginkan untuk menyelesaikan satu bahan penting dalam resep sukses. Keyakinan bahwa anda memiliki kemampuan untuk sukses menjadi aset kekuatan untuk mencapai prestasi (Maddux,2002). Mahasiswa dengan self-efficacy rendah  mungkin akan menghindari banyak tugas,khususnya yang menantang dan sulit, sedangkan mahasiswa dengan self-efficacy tinggi akan mampu mengerjakan tugas-tugas yang menantang dan sulit serta memiliki keyakinan bahwa ia akan menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dale Schunk (1991,1999,2001).
Penelitian Nurhasnah (2005) juga menguji hubungan self-efficacy dengan indeks prestasi dengan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara self-efficacy dengan indeks prestasi, namun hubungannya tidak signifikan, hal ini berarti tinggi rendahnya self-efficacy tidak mempengaruhi prestasi yang diperoleh oleh mahasiswa. Tidak signifikannya hubungan self-efficacy dengan indeks prestasi ini mungkin disebabkan kurangnya pengawasan pada saat-saat kegiatan evaluasi, sehingga hasil ujian mahasiswa hampir seragam. Pada penelitian Nurhasnah ditemukan ada korelasi positif antara self-efficacy dengan indeks prestasi , yaitu r = 0.084. Pada penelitian Nurhasnah subjek penelitiannya adalah mahasiswa perguruan tinggi kedinasan Akamigas tahun akademik 2005/2006. Hubungan self-efficacy dengan indeks prestasi dapat dijelaskan oleh Purwanto (2004) , Purwanto menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang terdapat dalam indeks prestasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa yang berasal dari dalam diri mahasiswa itu sendiri, terdiri dari: kondisi fisiologis dan emosi, keadaan psikologis, keyakinan terhadap diri sendiri, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa, terdiri dari: dosen, fasilitas, dukungan sosial, keluarga dan lingkungan sekitar. Dari teori tersebut self-efficacy masuk kedalam faktor internal karena self-efficacy juga berasal dari dalam diri individu yang memiliki kepercayaan terhadap dirinya sendiri untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Self-efficacy yang tinggi bisa saja disebabkan oleh persepsi individu terhadap kemampuan dirinya sesuai dengan sumber self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura, yaitu pengalaman keberhasilan (mastery experiences) ketika individu mampu menguasai suatu tugas dan memiliki pengalaman yang menyenangkan dengan tugas tersebut maka ia akan memiliki keyakinan terhadap dirinya bahwa ia mampu mengerjakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya, sehingga dengan sendirinya ia akan memperoleh indeks prestasi yang baik. Ketika seorang individu melihat teman yang lain memperoleh indeks prestasi yang baik  (Vicarious Experiences) maka ia juga akan termotivasi untuk mendapatkan indeks prestasi yang baik. Selain itu, ketika seseorang memberikan persuasi verbal bahwa ia memiliki kemampuan untuk memperoleh indeks prestasi yang baik ( Verbal persuasion ) maka ia akan memiliki kepercayaan terhadap dirinya sendiri bahwa ia mampu memperoleh indeks prestasi yang baik. Reaksi fisiologis dan emosi juga akan mempengaruhi self-efficacy, semakin seseorang itu merasa tenang dan dalam kondisi yang sehat maka hal tersebut dapat meningkatkan self-efficacy nya dalam mengikuti kegiatan akademik dan akan  mampu meraih indeks prestasi yang baik.
Berdasarkan deskripsi yang diuraikan dalam latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Indeks Prestasi”.
1.2         Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah tingkat self-efficacy para mahasiswa di Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan ?
2.      Bagaimanakah Indeks prestasi yang diperoleh  mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan?
3.      Apakah ada hubungan antara Self-efficacy dengan Indeks Prestasi pada mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan stambuk 2011 & 2012?
1.3         Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui tingkat self-efficacy para mahasiswa  Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan.
2.    Untuk mengetahui Indeks prestasi yang diperoleh  mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan.
3.    Untuk mengetahui hubungan antara Self-efficacy dengan Indeks Prestasi pada mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan stambuk 2011 & 2012.
1.4         Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :
1.         Manfaat Teoritis
penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran baru khususnya dalam bidang psikologi pendidikan, mengenai hubungan antara self efficacy dan indeks prestasi dalam upaya meningkatkan indeks prestasi mahasiswa.
2.         Manfaat Praktis
Setelah membaca penelitian ini diharapkan para mahasiswa akan mampu meningkatkan self-efficacynya sehingga indeks prestasinya juga meningkat. Penelitian ini juga berharap dapat memberikan informasi kepada tenaga pendidik agar mampu memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk meraih IP yang baik.
1.5         Sistematika Penulisan
Sistematika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Pada bab ini akan diuraikan tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori yang digunakan adalah self-efficacy, indeks prestasi, dan teori yang menghubungkan variabel tersebut. Kemudian bab II ini diakhiri dengan mengajukan hipotesis penelitian.
Bab III : Metode Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan identifikasi dan defenisi operasional dari variabel, subjek penelitian, jenis penelitian, alat ukur yang digunakan, validitas dan reliabilitas alat ukur. Terakhir pada bab ini akan dipaparkan mengenai metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1         Indeks prestasi
2.1.1    Pengertian Indeks Prestasi
Indeks prestasi adalah ukuran kemampuan mahasiswa sampai pada periode tertentu yang dihitung berdasarkan jumlah SKS (Satuan Kredit Semester ) tiap mata kuliah yang telah ditempuh. Ukuran nilai tersebut akan dikalikan dengan nilai bobot tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan jumlah SKS mata kuliah yang telah ditempuh dalam periode tersebut. Indeks prestasi diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi pihak fakultas (dekanat, prodi ataupun dosen wali) dalam melakukan pembinaan pada mahasiswa sehingga dapat dicapai prestasi belajar yang optimal. Sedangkan indeks prestasi kumulatif merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau kemajuan belajar mahasiswa secara kumulatif mulai dari semester pertama sampai dengan semester paling akhir yang telah ditempuh (Nadziruddin; 2007). Menurut kamus besar bahasa indonesia indeks prestasi adalah angka yang menunjukkan prestasi seseorang dalam belajar atau bekerja.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indeks prestasi adalah angka yang menunjukkan prestasi seseorang selama mengikuti perkuliahan yang dihitung berdasarkan jumlah SKS tiap mata kuliah yang telah ditempuh dari semester awal hingga semester akhir.


2.1.2   Faktor-faktor indeks prestasi
Menurut Dr. Slameto, faktor yang mempengaruhi indeks prestasi terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal:
a.       Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa itu sendiri,meliputi:
·           Faktor jasmaniah
·           Faktor psikologi
b.      Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa,meliputi :
·           Faktor keluarga
·           Faktor masyarakat
·           Faktor pendidikan
2.1.3   Aspek-aspek indeks prestasi
Menurut (Sant, 2006) terdapat beberapa aspek dalam indeks prestasi yaitu kecerdasan,sikap dan kepribadian.
a.       Kecerdasan
Meliputi pemahaman, memori, analisa sintesa dan kemampuan numerik.



b.      Sikap
Merupakan suatu penilaian positif maupun penilaian negatif terhadap suatu mata kuliah yang mengacu kepada fungsi klerikal seperti kecepatan, ketelitian,dan keteraturan dalam belajar.
c.       Kepribadian
Meliputi motivasi berprestasi, kematangan sosial, kematangan emosi, inisiatif, empati dan kepemimpinan.
2.2         Self-efficacy
2.2.1   Pengertian Self efficacy
Self-efficacy menurut Bandura (1995) adalah persepsi, perasaan dan harapan terhadap diri sendiri mengenai seberapa mampu dan seberapa baik diri kita dapat melakukan sesuatu dengan baik.
menurut Santrock (2007) self-efficacy  adalah kepercayaan  seseorang  atas kemampuannya dalam menguasai situasi dan menghasilkan  sesuatu  yang menguntungkan.
Menurut Schultz (1994), self efficacy adalah perasaan kita terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan kita dalam mengatasi kehidupan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa self efficacy adalah perasaan, keyakinan, dan persepsi terhadap kemampuan mengatasi suatu situasi tertentu secara optimal  yang nantinya akan berpengaruh pada cara individu mengatasi situasi tersebut.


2.2.2   Faktor-faktor self efficacy
Menurut Bandura (1997) ada beberapa faktor yang mempengaruhi self-efficacy, yaitu :
a.    Jenis kelamin
Ketika  laki-laki berusaha untuk sangat membanggakan dirinya, perempuan sering kali meremehkan kemampuan mereka. Hal ini berasal dari pandangan orang tua terhadap anaknya. Orang tua menganggap bahwa wanita lebih sulit untuk mengikuti pelajaran dibanding laki-laki, walapun prestasi akademik mereka tidak terlalu berbeda.
b.  Usia
Self-efficacy  terbentuk melalui proses  belajar sosial yang dapat berlangsung selama masa kehidupan.  Individu yang lebih tua cenderung memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal yang terjadi jika dibandingkan dengan individu yang lebih muda, yang mungkin masih memiliki sedikit pengalaman dan peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Individu yang lebih tua akan lebih mampu dalam mengatasi rintangan  dalam hidupnya dibandingkan dengan individu yang lebih muda, hal ini juga berkaitan dengan pengalaman yang individu miliki sepanjang rentang kehidupannya.
c.   Tingkat pendidikan
Self-efficacy  terbentuk melalui proses belajar yang dapat diterima individu pada tingkat pendidikan formal. Individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi biasanya memiliki  self-efficacy yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka lebih banyak  belajar dan lebih banyak menerima pendidikan formal, selain itu individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar  dalam mengatasi persoalan-persoalan dalam hidupnya.
d.   Pengalaman 
Self-efficacy terbentuk sebagai suatu proses adaptasi dan pembelajaran yang ada dalam situasi kerjanya tersebut. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu tersebut dalam pekerjaan tertentu, akan tetapi tidak menutup kemungkinann bahwa self efficacy yang dimiliki oleh individu tersebut justru cenderung menurun atau tetap. Hal ini juga  sangat tergantung kepada bagaimana  individu menghadapai keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya  selama melalukan pekerjaan.
2.2.3   Aspek-aspek self-efficacy
Menurut Bandura (dalam Anwar, 2009), terdapat tiga aspek dari self efficacy yang terdiri dari :
a.       Tingkat kesulitan tugas (magnitude)
Perbedaan self efficacy dari masing-masing individu dalam menghadapi suatu tugas dikarenakan perbedaan tuntutan yang dihadapi, jika tantangan dalam mencapai tuntutan tersebut sedikit maka aktivitas mudah dilakukan.
b.    Keadaan umum (generality)
Individu akan menilai diri, merasa yakin melalui bermacam-macam aktivitas atau hanya dalam daerah fungsi tertentu.


c.       Kekuatan (strength)
 pengalaman memiliki pengaruh terhadap self efficacy yang diyakini seseorang, pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinannya, sedangkan keyakinan yang kuat terhadap kemampuan akan terus berusaha dalam mencapai suatu hal.
2.2.4   Sumber self-efficacy
Menurut Bandura (dalam Schultz, 2005) terdapat beberapa sumber self-efficacy, yaitu :
a.       Performance attainment
Pengalaman kesuksesan sebelumnya memberikan indikasi langsung dari level kemampuan kita. Pencapaian sebelumnya menunjukkan kemampuan dan menguatkan self-efficacy kita, sedangkan kegagalan sebelumnya akan menurunkan self-efficacy.
b.      Pengalaman Orang Lain (vicarious experiences)
Pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan self efficacy seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. jika seorang individu mengamati kemiripan dengan seseorang yang sukses individu tersebut akan mengatakan, “ jika mereka bisa melakukannya, saya juga pasti bisa melakukannya. Dan sebaliknya, melihat orang lain gagal dapat menurunkan self – efficacy “jika mereka tidak bisa melakukannya, saya juga tidak bisa melakukannya”.

c.       Persuasi Sosial (Social Persuation)
Memberikan persuasi terhadap orang lain bahwa mereka memiliki kemampuan untuk meraih apa yang mereka inginkan, dapat meningkatkan self-efficacy.
d.      Keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotional arousal)
Self-efficacy yang tinggi biasanya ditandai oleh rendahnya tingkat stress dan kecemasan, sebaliknya self efficacy yang rendah ditandai oleh tingkat stress dan kecemasan yang tinggi.
2.2.5   Proses-proses dalam self-efficacy
Menurut Bandura (1997) terdapat beberapa proses psikologis yang turut berperan dalam diri manusia, yaitu :
a.         Proses kognitif
Proses kognitif merupakan proses  berfikir, didalamya termasuk pemerolehan, pengorganisasian, dan penggunaan informasi. Kebanyakan tindakan manusia bermula dari sesuatu yang dipikirkan terlebih dahulu. Individu yang memiliki  Self-efficacy yang tinggi lebih senang membayangkan tentang kesuksesan. Sebaliknya individu yang  memiliki self-efficacy rendah lebih banyak membayangkan kegagalan dan hal-hal yang dapat menghambat tercapainya kesuksesan (Bandura, 1997)
b.         Proses motivasi
Individu memberi motivasi/dorongan  bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan melalui tahap pemikiran-pemikiran sebelumnya. Kepercayaan akan kemampuan diri dapat mempengaruhi  motivasi dalam beberapa hal, yakni menentukan tujuan yang telah ditentukan individu, seberapa besar usaha yang  dilakukan, seberapa tahan mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan ketahanan mereka dalam menghadapi kegagalan.
c.         Proses afektif
Persepsi Efikasi Diri tentang kemampuannya mengontrol sumber stres memiliki peranan penting dalam timbulnya kecemasaan.  Individu yang percaya akan kemampuannya untuk mengontrol situasi cenderung tidak memikirkan hal-hal yang negatif. Individu yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung mengalami level kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka, memandang lingkungan sekitar penuh dengan ancaman, membesar-besarkan masalah kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang sebenarnya jarang terjadi.
d.        Proses seleksi
Individu dengan self-efficacy yang tinggi akan mampu menyeleksi berbagai situasi yang hendak ia hadapi, dengan adanya pilihan yang dibuat, individu kemudian dapat meningkatkan kemampuan, minat, dan hubungan sosial mereka.
2.3         Hubungan Self-efficacy dengan indeks prestasi
Self efficacy adalah perasaan, keyakinan, dan persepsi terhadap kemampuan mengatasi suatu situasi tertentu secara optimal  yang nantinya akan berpengaruh pada cara individu mengatasi situasi tersebut, sesorang dengan self-efficacy yang tinggi akan memiliki keyakinan bahwa ia bisa mengerjakan suatu tugas secara optimal sehingga, hal tersebut dapat meningkatkan indeks prestasinya.
Indeks prestasi adalah angka yang menunjukkan prestasi seseorang selama mengikuti perkuliahan yang dihitung berdasarkan jumlah SKS tiap mata kuliah yang telah ditempuh dari semester awal hingga semester akhir. Mahasiswa yang memiliki indeks prestasi yang  tinggi ditandai dengan sikapnya yang tidak mudah menyerah, tekun dalam menyelesaikan tugas, memandang suatu kesulitan sebagai suatu tantangan, tidak mudah menyerah , dan memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri dan hal tersebut merupakan ciri orang yang memiliki self-efficacy yang tinggi sebaliknya, mahasiwa dengan indeks prestasi yang rendah ditandai dengan sikapnya yang mudah menyerah,apatis, cemas, tidak percaya akan kemampuannya dan sulit untuk bangkit dari keterpurukan hal tersebut merupakan ciri orang dengan indeks prestasi yang rendah.
Perbedaan tingkatan setiap mahasiswa seharusnya mampu memperlihatkan hasil indeks pretasi yang berbeda, dalam penelitian ini peneliti berfokus pada mahasiswa yang memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi, Karakteristik individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi adalah  ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani suatu peristiwa secara efektif, tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru, menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan meningkatkan komitmen yang kuat terhadap dirinya, menanamkan usaha yang  kuat dalam apa yang dilakukannya dan meningkatkan usaha saat menghadapi kegagalan, berfokus pada tugas dan memikirkan strategi dalam menghadapi kesulitan. Dari ciri tersebut seharusnya mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi juga akan memiliki indeks prestasi yang tinggi.

2.4         Hipotesa Penelitian
Berdasarkan landasan teori diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara self-efficacy dengan indeks prestasi pada mahasiswa stambuk 2012 Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1         Identifikasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu :
1.      Variabel bebas             : Self-efficacy
2.      Variabel Tergantung   : Indeks Prestasi
3.2         Defenisi Operasional
1.      Indeks Prestasi
Indeks prestasi merupakan suatu tolak ukur yang digunakan untuk melihat  kemampuan akademik seorang mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Mahasiswa dikatakan berhasil dalam kegiatan akademik apabila mahasiswa tersebut memiliki indeks prestasi yang tinggi, dan sebaliknya, mahasiswa dikatakan gagal dalam mengikuti kegiatan akademik apabila mahasiswa tersebut memiliki indeks prestasi yang rendah. Indeks prestasi yang dimiliki oleh seorang mahasiswa dapat dilihat dari kartu hasil studi mahasiswa tersebut.
2.      Self-efficacy
Self-efficacy adalah suatu keyakinan terhadap diri sendiri bahwa kita mampu melakukan suatu hal secara efektif. Orang dengan self – efficacy tinggi ditandai dengan sikapnya yang tidak mudah menyerah, menyukai tugas-tugas yang sulit, tekun dalam mengerjakan tugas dan selalu menampilkan performa yang baik, sebaliknya orang dengan self-efficacy yang rendah ditandai dengan sikapnya yang mudah menyerah, menghindari tugas-tugas yang sulit dan menampilkan performa yang buruk karena kurang percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Tinggi rendahnya self-efficacy akan diukur dengan menggunakan skala self-efficacy yang disusun berdasarkan aspek-aspek self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura.
3.3         Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Dalam penelitian ini populasi yang akan digunakan adalah seluruh mahasiswa Fakultas pendidikan agama islam di Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan.
2.      Sampel
Dalam penelitian ini Sampel yang akan digunakan adalah seluruh mahasiswa Fakultas pendidikan agama islam di Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan stambuk 2011 dan stambuk 2012 dengan menggunakan teknik simple random sampling, jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak 100 mahasiswa  yang terdiri dari 50 mahasiswa stambuk 2011 dan 50  mahasiswa stambuk 2012.
3.4         Alat ukur
Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala self-efficacy yang berdasar pada 3 aspek yang dikemukakan oleh bandura yaitu magnitude, generality dan strength yang terdiri dari 60 aitem. Sedangkan alat ukur untuk variabel indeks prestasi adalah kartu hasil studi mahasiswa yang dikelompokkan kedalam 2 kategori yaitu tinggi dan rendah.
1.      Validitas alat ukur
Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi yang didasarkan pada langkah telaah dan revisi butir pertanyaan dari para profesional.
2.      Reliabilitas alat ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang reliabel setelah dihitung dengan menggunakan teknik koefisien reliabilitas alpha dari cronbach yang menunjukkan bahwa skala tersebut reliabel untuk digunakan.
3.5         Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini peneliti memberikan kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri dengan menyeddiaakan pilihan jawaban, sehingga responden hanya memberikan tanda silang pada jawaban yang dianggap paling sesuai dengan dirinya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas agama islam UMTS stambuk 2011 dan 2012 pada tanggal 02 Januari 2015. Setelah data terkumpul barulah peneliti melakukan skoring untuk keperluan analisis data.
3.6         Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis korelasi Product-Moment dari Pearson untuk mengetahui hubungan dari variabel bebas yaitu self-efficacy terhadap variabel tergantung yaitu indeks prestasi, yang sebelumnya telah dilakukan uji asumsi terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan dari program SPSS versi 17 for windows.


















DAFTAR PUSTAKA
Azwar,S.1997. Metode Penelitian.Yogyakarta.Pustaka Pelajar
Azwar, S. 1997. Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bandura,A.1995.Self-efficacy in Changing Societies.Cambirdge.University perss
Bandura,A.1997.Self-efficacy:The excercise of control.New york.Freeman
Depdiknas.2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta.Balai pustaka
Hall,Calvin & Gardner Lindzey.1993. Teori-teori sifat dan behavioristik.Yogyakarta.Kanisius
Nurhasnah.2005.Hubungan Efikasi diri dengan indeks prestasi keberhasilan belajar.
Pervin, Lawrence A. dkk. 2005. Personality : Theory and Research Ninth Edition.  Canada . John Wiley & Sons, Inc
Rahyubi,heri.2012.Teori-teori belajar dan aplikasi pembelajaran motorik. Majalengka.Nusa Media
Schultz,Duane.2005.Theories Of Personality Eight Edtion. United States of Amerika. wadsworth
Santrock,John W.2004.Psikologi pendidikan.Jakarta.Kencana
Santrock,John W.2007. Adolescent 11th edition.New york.Mc Graw-Hill
Sujanto,agus dkk.1980.Psikologi Kepribadian.Jakarta.Bumi Aksara
Sant, S. 2006. Definisi Tes Psikologi. www.ssantsons.com. Diakses pada 28 desember 2014





1 komentar:

  1. thanks buat contohnya, jadi ada pandangan buat proposal penelitianku

    BalasHapus