HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY
DENGAN INDEKS PRESTASI
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
Juliani Sapitri Hasibuan
131301025
131301025
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Indeks prestasi (IP) merupakan tolak ukur bagi
setiap mahasiswa untuk menunjukkan keberhasilannya dalam bidang akademik. Bloom
(2009) mengungkapkan bahwa ukuran keberhasilan seorang mahasiswa dapat dilihat
dari prestasi akademik yang telah dicapainya.
Pada tingkat perguruan tinggi, IP dihitung sebagai rata-rata nilai yang
diperoleh seorang mahasiswa pada mata kuliah tersebut setelah diberi bobot
dengan angka kredit.
Nilai berkisar antara 4 (A, terbaik) sampai 0 (E, gagal). Angka kredit
ditentukan besarnya (biasanya 1 sampai 4 Satuan Kredit Semester/SKS)
berdasarkan bobot setiap mata kuliah. Bobot ini ditentukan berdasarkan
pentingnya mata kuliah tersebut dalam membentuk kompetensi lulusan. Mahasiswa
yang memperoleh indeks prestasi tinggi mengindikasikan bahwa mahasiswa tersebut mampu mengikuti kuliah
dengan baik dan sebaliknya semakin rendah indeks prestasi yang diperoleh
menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut tidak mampu mengikuti kuliah dengan baik. Setiap
mahasiswa pasti menginginkan indeks prestasi yang baik dan untuk memperoleh IP yang
baik bukanlah suatu hal yang mudah, setiap mahasiswa yang menginginkan IP yang baik haruslah menunjukan sikap yang
aktif dalam pembelajaran, misalnya sering bertanya, rajin mencatat,
memperhatikan penjelasan pengajar, dan juga percaya diri akan kemampuannya
untuk memperoleh IP yang diharapkan, tetapi kebanyakan mahasiswa tidak tahu hal
ini, kebanyakan mereka hanya tergantung kepada cara-cara belajar yang didapati
di sekolah.
Memiliki indeks prestasi yang baik dapat
mempermudah seseorang untuk memasuki dunia pekerjaan yang semakin hari semakin
memiliki daya saing yang sangat besar, tuntutan dunia pekerjaan yang menginginkan
tenaga kerja yang bermutu dan berpendidikan tinggi seakan menjadi acuan bagi
para mahasiswa untuk terus berlomba dalam memperoleh indeks prestasi yang baik.
Namun faktanya sebagian besar mahasiswa memiliki indeks prestasi yang kurang
memuaskan sehingga menimbulkan kekecewaan bagi para pendidik, orangtua dan juga
mahasiswa itu sendiri.
Kemampuan remaja dalam menyelesaikan
tugas-tugas akademik yang dihadapi tidak hanya dipengaruhi oleh potensi
kognitif yang dimiliki remaja tetapi juga sangat dipengaruhi oleh keyakinan
remaja mengenai kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Banyak
yang beranggapan bahwa IQ adalah tolak ukur dalam pencapaian indeks prestasi,
namun demikian berbekal IQ saja tidak akan menjamin seseorang mendapatkan
indeks prestasi yang baik, oleh sebab itu masih banyak faktor yang harus
diperhatikan oleh mahasiswa untuk memperoleh indeks prestasi yang baik. Salah
satu faktor yang dapat meningkatkan indeks prestasi dikalangan para mahasiswa
adalah self-efficacy.
Self-efficacy
menurut Bandura (1995) adalah persepsi,
perasaan dan harapan terhadap diri sendiri mengenai seberapa mampu dan seberapa
baik diri kita dapat melakukan sesuatu dengan baik.
Sedangkan Self efficacy menurut Santrock
(2007) adalah kepercayaan seseorang
atas kemampuannya dalam menguasai situasi dan menghasilkan sesuatu
yang menguntungkan. Satu peneliti mendefenisikan self – efficacy sebagai “ power of
believing you can,” dan menambahkan jika self
– efficacy adalah keyakinan untuk dapat menyelesaikan apa yang kita
inginkan untuk menyelesaikan satu bahan penting dalam resep sukses. Keyakinan
bahwa anda memiliki kemampuan untuk sukses menjadi aset kekuatan untuk mencapai
prestasi (Maddux,2002). Mahasiswa dengan self-efficacy rendah mungkin akan menghindari banyak
tugas,khususnya yang menantang dan sulit, sedangkan mahasiswa dengan
self-efficacy tinggi akan mampu mengerjakan tugas-tugas yang menantang dan
sulit serta memiliki keyakinan bahwa ia akan menyelesaikan tugasnya dengan
baik. Dale Schunk (1991,1999,2001).
Penelitian Nurhasnah (2005) juga menguji hubungan
self-efficacy dengan indeks prestasi dengan hasil yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan positif antara self-efficacy dengan indeks prestasi, namun
hubungannya tidak signifikan, hal ini berarti tinggi rendahnya self-efficacy
tidak mempengaruhi prestasi yang diperoleh oleh mahasiswa. Tidak signifikannya
hubungan self-efficacy dengan indeks prestasi ini mungkin disebabkan kurangnya pengawasan
pada saat-saat kegiatan evaluasi, sehingga hasil ujian mahasiswa hampir
seragam. Pada penelitian Nurhasnah ditemukan ada korelasi positif antara
self-efficacy dengan indeks prestasi , yaitu r = 0.084. Pada penelitian
Nurhasnah subjek penelitiannya adalah mahasiswa perguruan tinggi kedinasan
Akamigas tahun akademik 2005/2006. Hubungan self-efficacy dengan indeks
prestasi dapat dijelaskan oleh Purwanto (2004) , Purwanto menyebutkan bahwa ada
beberapa hal yang terdapat dalam indeks prestasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa yang berasal dari dalam
diri mahasiswa itu sendiri, terdiri dari: kondisi fisiologis dan emosi, keadaan
psikologis, keyakinan terhadap diri sendiri, bakat, motivasi dan kemampuan
kognitif. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor-faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa, terdiri dari: dosen,
fasilitas, dukungan sosial, keluarga dan lingkungan sekitar. Dari teori
tersebut self-efficacy masuk kedalam faktor internal karena self-efficacy juga
berasal dari dalam diri individu yang memiliki kepercayaan terhadap dirinya
sendiri untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Self-efficacy
yang tinggi bisa saja disebabkan oleh persepsi individu terhadap kemampuan
dirinya sesuai dengan sumber self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura, yaitu
pengalaman
keberhasilan (mastery experiences)
ketika individu mampu menguasai suatu tugas dan memiliki pengalaman yang
menyenangkan dengan tugas tersebut maka ia akan memiliki keyakinan terhadap
dirinya bahwa ia mampu mengerjakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya,
sehingga dengan sendirinya ia akan memperoleh indeks prestasi yang baik. Ketika
seorang individu melihat teman yang lain memperoleh indeks prestasi yang baik (Vicarious
Experiences) maka ia juga akan termotivasi untuk mendapatkan indeks
prestasi yang baik. Selain itu, ketika seseorang memberikan persuasi verbal
bahwa ia memiliki kemampuan untuk memperoleh indeks prestasi yang baik ( Verbal persuasion ) maka ia akan memiliki
kepercayaan terhadap dirinya sendiri bahwa ia mampu memperoleh indeks prestasi
yang baik. Reaksi fisiologis dan emosi juga akan mempengaruhi self-efficacy, semakin
seseorang itu merasa tenang dan dalam kondisi yang sehat maka hal tersebut
dapat meningkatkan self-efficacy nya dalam mengikuti kegiatan akademik dan
akan mampu meraih indeks prestasi yang
baik.
Berdasarkan
deskripsi yang diuraikan dalam latar belakang masalah diatas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Indeks Prestasi”.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
tingkat self-efficacy para mahasiswa di Fakultas Pendidikan Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan ?
2. Bagaimanakah
Indeks prestasi yang diperoleh mahasiswa
Fakultas Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan?
3. Apakah
ada hubungan antara Self-efficacy dengan Indeks Prestasi pada mahasiswa
Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan
stambuk 2011 & 2012?
1.3
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui tingkat self-efficacy
para mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan.
2. Untuk
mengetahui Indeks prestasi yang diperoleh
mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Tapanuli Selatan.
3. Untuk
mengetahui hubungan antara Self-efficacy dengan Indeks Prestasi pada mahasiswa
Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan
stambuk 2011 & 2012.
1.4
Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat, baik secara teoritis maupun
secara praktis, yaitu :
1.
Manfaat Teoritis
penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran baru
khususnya dalam bidang psikologi pendidikan, mengenai hubungan antara self
efficacy dan indeks prestasi dalam upaya meningkatkan indeks prestasi
mahasiswa.
2.
Manfaat Praktis
Setelah membaca penelitian ini diharapkan para mahasiswa akan
mampu meningkatkan self-efficacynya sehingga indeks prestasinya juga meningkat.
Penelitian ini juga berharap dapat memberikan informasi kepada tenaga pendidik
agar mampu memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk meraih IP yang baik.
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,
rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Pada bab ini akan diuraikan tinjauan teoritis yang
menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori yang digunakan adalah
self-efficacy, indeks prestasi,
dan teori yang menghubungkan variabel tersebut. Kemudian bab II ini diakhiri dengan mengajukan hipotesis
penelitian.
Bab III : Metode Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan identifikasi dan defenisi operasional dari
variabel, subjek penelitian, jenis penelitian, alat ukur yang digunakan,
validitas dan reliabilitas alat ukur. Terakhir pada bab ini akan dipaparkan mengenai metode analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Indeks
prestasi
2.1.1 Pengertian Indeks Prestasi
Indeks
prestasi adalah ukuran kemampuan mahasiswa sampai pada periode tertentu yang
dihitung berdasarkan jumlah SKS (Satuan Kredit Semester ) tiap mata kuliah yang
telah ditempuh. Ukuran nilai tersebut akan dikalikan dengan nilai bobot tiap
mata kuliah kemudian dibagi dengan jumlah SKS mata kuliah yang telah ditempuh
dalam periode tersebut. Indeks prestasi diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi pihak
fakultas (dekanat, prodi ataupun dosen wali) dalam melakukan pembinaan pada
mahasiswa sehingga dapat dicapai prestasi belajar yang optimal. Sedangkan
indeks prestasi kumulatif merupakan angka yang menunjukkan prestasi atau
kemajuan belajar mahasiswa secara kumulatif mulai dari semester pertama sampai
dengan semester paling akhir yang telah ditempuh (Nadziruddin; 2007). Menurut kamus besar bahasa
indonesia indeks prestasi adalah angka yang menunjukkan prestasi
seseorang dalam belajar atau bekerja.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
indeks prestasi adalah angka yang menunjukkan prestasi seseorang selama
mengikuti perkuliahan yang dihitung berdasarkan jumlah SKS tiap mata kuliah
yang telah ditempuh dari semester awal hingga semester akhir.
2.1.2 Faktor-faktor indeks prestasi
Menurut Dr. Slameto, faktor yang mempengaruhi
indeks prestasi terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal:
a. Faktor internal
Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa itu
sendiri,meliputi:
·
Faktor
jasmaniah
·
Faktor
psikologi
b. Faktor eksternal
Faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa,meliputi :
·
Faktor
keluarga
·
Faktor
masyarakat
·
Faktor
pendidikan
2.1.3 Aspek-aspek indeks prestasi
Menurut
(Sant, 2006) terdapat beberapa aspek dalam indeks prestasi yaitu
kecerdasan,sikap dan kepribadian.
a. Kecerdasan
Meliputi
pemahaman, memori, analisa sintesa dan kemampuan numerik.
b. Sikap
Merupakan suatu penilaian positif maupun
penilaian negatif terhadap suatu mata kuliah yang mengacu kepada fungsi
klerikal seperti kecepatan, ketelitian,dan keteraturan dalam belajar.
c. Kepribadian
Meliputi
motivasi berprestasi, kematangan sosial, kematangan emosi, inisiatif, empati
dan kepemimpinan.
2.2
Self-efficacy
2.2.1 Pengertian Self efficacy
Self-efficacy
menurut Bandura (1995) adalah persepsi,
perasaan dan harapan terhadap diri sendiri mengenai seberapa mampu dan seberapa
baik diri kita dapat melakukan sesuatu dengan baik.
menurut
Santrock (2007) self-efficacy adalah
kepercayaan seseorang atas kemampuannya dalam menguasai situasi dan
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan.
Menurut Schultz (1994),
self efficacy adalah perasaan kita terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan
kita dalam mengatasi kehidupan.
Dari beberapa
pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa self efficacy adalah perasaan,
keyakinan, dan persepsi terhadap kemampuan mengatasi suatu situasi tertentu
secara optimal yang nantinya akan
berpengaruh pada cara individu mengatasi situasi tersebut.
2.2.2 Faktor-faktor self efficacy
Menurut Bandura (1997)
ada beberapa faktor yang mempengaruhi self-efficacy, yaitu :
a.
Jenis kelamin
Ketika
laki-laki berusaha untuk sangat membanggakan dirinya, perempuan sering kali
meremehkan kemampuan mereka. Hal ini berasal dari pandangan orang tua terhadap
anaknya. Orang tua menganggap bahwa wanita lebih sulit untuk mengikuti
pelajaran dibanding laki-laki, walapun prestasi akademik mereka tidak terlalu
berbeda.
b. Usia
Self-efficacy terbentuk
melalui proses belajar sosial yang dapat berlangsung selama masa
kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung memiliki rentang waktu dan
pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal yang terjadi jika
dibandingkan dengan individu yang lebih muda, yang mungkin masih memiliki
sedikit pengalaman dan peristiwa-peristiwa dalam hidupnya. Individu yang lebih
tua akan lebih mampu dalam mengatasi rintangan dalam hidupnya
dibandingkan dengan individu yang lebih muda, hal ini juga berkaitan dengan
pengalaman yang individu miliki sepanjang rentang kehidupannya.
c. Tingkat pendidikan
Self-efficacy terbentuk
melalui proses belajar yang dapat diterima individu pada tingkat pendidikan
formal. Individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi biasanya
memiliki self-efficacy yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka
lebih banyak belajar dan lebih banyak menerima pendidikan formal, selain
itu individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan lebih
banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar dalam mengatasi
persoalan-persoalan dalam hidupnya.
d. Pengalaman
Self-efficacy terbentuk sebagai
suatu proses adaptasi dan pembelajaran yang ada dalam situasi kerjanya
tersebut. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi self efficacy yang
dimiliki individu tersebut dalam pekerjaan tertentu, akan tetapi tidak menutup
kemungkinann bahwa self efficacy yang dimiliki oleh individu tersebut justru
cenderung menurun atau tetap. Hal ini juga sangat tergantung kepada
bagaimana individu menghadapai keberhasilan dan kegagalan yang
dialaminya selama melalukan pekerjaan.
2.2.3 Aspek-aspek
self-efficacy
Menurut Bandura (dalam
Anwar, 2009), terdapat tiga aspek dari self efficacy yang terdiri dari :
a. Tingkat
kesulitan tugas (magnitude)
Perbedaan self
efficacy dari masing-masing individu dalam menghadapi suatu tugas
dikarenakan perbedaan tuntutan yang dihadapi, jika tantangan dalam mencapai
tuntutan tersebut sedikit maka aktivitas mudah dilakukan.
b. Keadaan
umum (generality)
Individu akan menilai
diri, merasa yakin melalui bermacam-macam aktivitas atau hanya dalam daerah
fungsi tertentu.
c. Kekuatan
(strength)
pengalaman
memiliki pengaruh terhadap self
efficacy yang diyakini seseorang, pengalaman yang lemah akan melemahkan
keyakinannya, sedangkan keyakinan yang kuat terhadap kemampuan akan terus
berusaha dalam mencapai suatu hal.
2.2.4 Sumber
self-efficacy
Menurut Bandura (dalam
Schultz, 2005) terdapat beberapa sumber self-efficacy, yaitu :
a.
Performance attainment
Pengalaman kesuksesan
sebelumnya memberikan indikasi langsung dari level kemampuan kita. Pencapaian
sebelumnya menunjukkan kemampuan dan menguatkan self-efficacy kita, sedangkan
kegagalan sebelumnya akan menurunkan self-efficacy.
b. Pengalaman
Orang Lain (vicarious experiences)
Pengalaman keberhasilan
orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu
tugas biasanya akan meningkatkan self efficacy seseorang dalam mengerjakan
tugas yang sama. jika seorang individu mengamati kemiripan dengan seseorang
yang sukses individu tersebut akan mengatakan, “ jika mereka bisa melakukannya,
saya juga pasti bisa melakukannya. Dan sebaliknya, melihat orang lain gagal
dapat menurunkan self – efficacy “jika mereka tidak bisa melakukannya, saya
juga tidak bisa melakukannya”.
c. Persuasi
Sosial (Social Persuation)
Memberikan persuasi
terhadap orang lain bahwa mereka memiliki kemampuan untuk meraih apa yang
mereka inginkan, dapat meningkatkan self-efficacy.
d. Keadaan
fisiologis dan emosional (physiological and emotional arousal)
Self-efficacy yang
tinggi biasanya ditandai oleh rendahnya tingkat stress dan kecemasan,
sebaliknya self efficacy yang rendah ditandai oleh tingkat stress dan kecemasan
yang tinggi.
2.2.5 Proses-proses
dalam self-efficacy
Menurut Bandura (1997)
terdapat beberapa proses psikologis yang turut berperan dalam diri manusia,
yaitu :
a.
Proses kognitif
Proses kognitif
merupakan proses berfikir, didalamya termasuk pemerolehan, pengorganisasian,
dan penggunaan informasi. Kebanyakan tindakan manusia bermula dari sesuatu yang
dipikirkan terlebih dahulu. Individu yang memiliki Self-efficacy yang
tinggi lebih senang membayangkan tentang kesuksesan. Sebaliknya individu
yang memiliki self-efficacy rendah lebih banyak membayangkan kegagalan
dan hal-hal yang dapat menghambat tercapainya kesuksesan (Bandura, 1997)
b.
Proses motivasi
Individu memberi
motivasi/dorongan bagi diri mereka sendiri dan mengarahkan tindakan
melalui tahap pemikiran-pemikiran sebelumnya. Kepercayaan akan kemampuan diri
dapat mempengaruhi motivasi dalam beberapa hal, yakni menentukan tujuan
yang telah ditentukan individu, seberapa besar usaha yang dilakukan,
seberapa tahan mereka dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dan ketahanan mereka
dalam menghadapi kegagalan.
c.
Proses afektif
Persepsi
Efikasi Diri tentang kemampuannya mengontrol sumber stres memiliki peranan
penting dalam timbulnya kecemasaan. Individu yang percaya akan
kemampuannya untuk mengontrol situasi cenderung tidak memikirkan hal-hal yang
negatif. Individu yang merasa tidak mampu mengontrol situasi cenderung
mengalami level kecemasan yang tinggi, selalu memikirkan kekurangan mereka,
memandang lingkungan sekitar penuh dengan ancaman, membesar-besarkan masalah
kecil, dan terlalu cemas pada hal-hal kecil yang sebenarnya jarang terjadi.
d.
Proses seleksi
Individu dengan
self-efficacy yang tinggi akan mampu menyeleksi berbagai situasi yang hendak ia
hadapi, dengan adanya pilihan yang dibuat, individu kemudian dapat meningkatkan
kemampuan, minat, dan hubungan sosial mereka.
2.3
Hubungan
Self-efficacy dengan indeks prestasi
Self efficacy adalah perasaan, keyakinan, dan
persepsi terhadap kemampuan mengatasi suatu situasi tertentu secara
optimal yang nantinya akan berpengaruh
pada cara individu mengatasi situasi tersebut, sesorang dengan self-efficacy
yang tinggi akan memiliki keyakinan bahwa ia bisa mengerjakan suatu tugas
secara optimal sehingga, hal tersebut dapat meningkatkan indeks prestasinya.
Indeks prestasi adalah angka yang menunjukkan
prestasi seseorang selama mengikuti perkuliahan yang dihitung berdasarkan
jumlah SKS tiap mata kuliah yang telah ditempuh dari semester awal hingga
semester akhir. Mahasiswa yang memiliki indeks prestasi yang tinggi ditandai dengan sikapnya yang tidak
mudah menyerah, tekun dalam menyelesaikan tugas, memandang suatu kesulitan
sebagai suatu tantangan, tidak mudah menyerah , dan memiliki kepercayaan
terhadap diri sendiri dan hal tersebut merupakan ciri orang yang memiliki
self-efficacy yang tinggi sebaliknya, mahasiwa dengan indeks prestasi yang
rendah ditandai dengan sikapnya yang mudah menyerah,apatis, cemas, tidak percaya
akan kemampuannya dan sulit untuk bangkit dari keterpurukan hal tersebut
merupakan ciri orang dengan indeks prestasi yang rendah.
Perbedaan tingkatan setiap mahasiswa seharusnya
mampu memperlihatkan hasil indeks pretasi yang berbeda, dalam penelitian ini peneliti
berfokus pada mahasiswa yang memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi, Karakteristik
individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi adalah ketika individu
tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani suatu peristiwa secara
efektif, tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada kemampuan diri
yang mereka miliki, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan
suka mencari situasi baru, menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan
meningkatkan komitmen yang kuat terhadap dirinya, menanamkan usaha yang
kuat dalam apa yang dilakukannya dan meningkatkan usaha saat menghadapi
kegagalan, berfokus pada tugas dan memikirkan strategi dalam menghadapi
kesulitan. Dari ciri tersebut seharusnya mahasiswa yang memiliki self-efficacy
yang tinggi juga akan memiliki indeks prestasi yang tinggi.
2.4
Hipotesa
Penelitian
Berdasarkan landasan
teori diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan antara self-efficacy dengan indeks prestasi pada mahasiswa stambuk
2012 Fakultas Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1
Identifikasi
Variabel Penelitian
Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel penelitian, yaitu :
1. Variabel
bebas : Self-efficacy
2. Variabel
Tergantung : Indeks Prestasi
3.2
Defenisi
Operasional
1.
Indeks Prestasi
Indeks prestasi merupakan suatu tolak
ukur yang digunakan untuk melihat kemampuan
akademik seorang mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Mahasiswa dikatakan
berhasil dalam kegiatan akademik apabila mahasiswa tersebut memiliki indeks
prestasi yang tinggi, dan sebaliknya, mahasiswa dikatakan gagal dalam mengikuti
kegiatan akademik apabila mahasiswa tersebut memiliki indeks prestasi yang
rendah. Indeks prestasi yang dimiliki oleh seorang mahasiswa dapat dilihat dari
kartu hasil studi mahasiswa tersebut.
2. Self-efficacy
Self-efficacy adalah suatu keyakinan
terhadap diri sendiri bahwa kita mampu melakukan suatu hal secara efektif. Orang
dengan self – efficacy tinggi ditandai dengan sikapnya yang tidak mudah
menyerah, menyukai tugas-tugas yang sulit, tekun dalam mengerjakan tugas dan
selalu menampilkan performa yang baik, sebaliknya orang dengan self-efficacy
yang rendah ditandai dengan sikapnya yang mudah menyerah, menghindari
tugas-tugas yang sulit dan menampilkan performa yang buruk karena kurang
percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Tinggi rendahnya self-efficacy akan
diukur dengan menggunakan skala self-efficacy yang disusun berdasarkan
aspek-aspek self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura.
3.3
Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini populasi yang akan
digunakan adalah seluruh mahasiswa Fakultas pendidikan agama islam di
Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan.
2. Sampel
Dalam penelitian ini Sampel yang akan
digunakan adalah seluruh mahasiswa Fakultas pendidikan agama islam di
Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan stambuk 2011 dan stambuk 2012 dengan
menggunakan teknik simple random sampling, jumlah sample dalam penelitian ini
sebanyak 100 mahasiswa yang terdiri dari
50 mahasiswa stambuk 2011 dan 50
mahasiswa stambuk 2012.
3.4
Alat
ukur
Alat ukur dalam penelitian ini
menggunakan skala self-efficacy yang berdasar pada 3 aspek yang dikemukakan
oleh bandura yaitu magnitude, generality dan strength yang terdiri dari 60
aitem. Sedangkan alat ukur untuk variabel indeks prestasi adalah kartu hasil
studi mahasiswa yang dikelompokkan kedalam 2 kategori yaitu tinggi dan rendah.
1. Validitas
alat ukur
Validitas dalam
penelitian ini menggunakan validitas isi yang didasarkan pada langkah telaah
dan revisi butir pertanyaan dari para profesional.
2. Reliabilitas
alat ukur
Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang reliabel setelah dihitung
dengan menggunakan teknik koefisien reliabilitas alpha dari cronbach yang
menunjukkan bahwa skala tersebut reliabel untuk digunakan.
3.5
Metode
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini peneliti
memberikan kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri dengan menyeddiaakan
pilihan jawaban, sehingga responden hanya memberikan tanda silang pada jawaban
yang dianggap paling sesuai dengan dirinya. Pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas agama islam UMTS stambuk 2011 dan 2012
pada tanggal 02 Januari 2015. Setelah data terkumpul barulah peneliti melakukan
skoring untuk keperluan analisis data.
3.6
Metode
Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode analisis korelasi Product-Moment dari Pearson
untuk mengetahui hubungan dari variabel bebas yaitu self-efficacy terhadap
variabel tergantung yaitu indeks prestasi, yang sebelumnya telah dilakukan uji
asumsi terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Analisis data
dalam penelitian ini menggunakan bantuan dari program SPSS versi 17 for
windows.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar,S.1997. Metode Penelitian.Yogyakarta.Pustaka Pelajar
Azwar,
S. 1997. Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bandura,A.1995.Self-efficacy in Changing Societies.Cambirdge.University perss
Bandura,A.1997.Self-efficacy:The excercise of control.New york.Freeman
Depdiknas.2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta.Balai pustaka
Hall,Calvin & Gardner Lindzey.1993. Teori-teori sifat dan behavioristik.Yogyakarta.Kanisius
Nurhasnah.2005.Hubungan Efikasi diri dengan indeks prestasi keberhasilan belajar.
Pervin, Lawrence A. dkk. 2005. Personality : Theory and Research Ninth Edition. Canada . John Wiley & Sons, Inc
Rahyubi,heri.2012.Teori-teori belajar dan aplikasi pembelajaran motorik.
Majalengka.Nusa Media
Schultz,Duane.2005.Theories Of Personality Eight Edtion. United
States of Amerika. wadsworth
Santrock,John W.2004.Psikologi pendidikan.Jakarta.Kencana
Santrock,John W.2007. Adolescent 11th edition.New york.Mc Graw-Hill
Sujanto,agus dkk.1980.Psikologi Kepribadian.Jakarta.Bumi Aksara
Sant, S. 2006. Definisi Tes Psikologi.
www.ssantsons.com. Diakses pada 28 desember 2014
thanks buat contohnya, jadi ada pandangan buat proposal penelitianku
BalasHapus