Pengalaman Pribadi yang Berkaitan
dengan Teori Vygotsky
Kelompok 11:
1. Ahmad
Yusuf Tamin
2. Muhammad
Fahruq
3. Juliani
Sapitri Hasibuan
4. Renita
Napitupulu
5. Khairunnisa
Azhari
Teori belajar Scaffolding yang
dicetuskan oleh Vygotsky berdasarkan pengalaman saya ialah ketika saya berada
dikelas 1 SD,ketika guru saya mengajarkan cara menulis.Pada awalnya guru saya
mengajarkan cara memegang pensil, kemudian guru saya memegang tangan saya
ketika hendak menuliskan sesuatu ke atas kertas,kemudian menyuruh saya
menuliskan sendiri dan hingga akhirnya saya terbiasa sendiri untuk
menulis.Contoh lainnya ialah ketika adik saya ingin belajar memakai laptop
untuk bisa membuka facebook. Pada awalnya, saya terus menerus berada di
sampingnya dan mengajarkannya untuk menyalakan komputer, log in ke facebook
memencet-mencetkan tombol sambil menunjukkan cara-caranya kepada adik saya.
Secara bertahap, saya tidak menolongnya dalam menyalakan dan mematikan laptop.
Kemudian dalam membuka facebook masih saya tolong. Lalu saya mulai
membiarkannya mencoba untuk menyalakan, mematikan, dan log in ke facebook tanpa
bantuan saya. Dan pada akhirnya saya tidak akan menolongnya lagi. Dengan
demikian, lama-kelamaan adik saya bisa menggunakan laptop dan membuka facebook
tanpa bantuan saya lagi.
Teori zone of proximal development
yang di kemukakan vygotsky sangat sering terjadi dalam kehidupan saya,ketika
saya tidak dapat memecahkan suatu masalah yang terlalu rumit untuk dipecahkan
sendiri,contohnya selama saya mengikuti pendidikan mulai dari TK sampai kuliah
seperti saat ini,ketika saya disuruh untuk mengerjakan suatu soal yang rumit
dan tidak dapat saya pecahkan sendiri,saya akan meminta bantuan kakak,atau
teman saya yang lebih mengerti tentang persoalan tersebut agar masalah atau
soal yang saya terima dapat terselesaikan dengan cepat.Ketika saya duduk
di kelas 2 SMP,ada seorang teman saya
yang sangat kesulitan untuk mengerjakan soal matematika yang diberikan oleh
guru matematika,pada waktu itu saya disuru oleh guru tersebut untuk memberikan
bantuan kepada teman saya ,dan setelah saya kasih solusi dan memberikan
penjelasan mengenai soal tersebut,akhirnya dia dapat memahami dan menyelesaikan
tugas matematika tersebut dengan baik.
Pada saat kuliah,saya dituntut untuk
mampu menyelesaikan masalah dengan cara berkelompok,ketika dosen memberikan
suatu topik permasalahan kami dituntut untuk berdiskusi dan saling mengeluarkan
pendapat mengenai topik tersebut untuk dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan,ketika ada suatu permasalahan yang sangat sulit untuk dipecahkan,
kami akan saling membantu dan mencari solusi,dan apabila kami tidak mampu
memecahkan masalah tersebut kami akan meminta bantuan kepada teman yang lain
atau kepada dosen pengampu,hingga akhirnya kami benar-benar memahami hal
tersebut dan dapat menyelesaikan topik dengan sebaik-baiknya.
Ketika kecil saya diajarkan
berbicara oleh kedua orangtua dan orang-orang disekitar saya,saya diajarkan
berbicara huruf demi huruf dan kata demi kata,seiring bertambahnya usia, saya
mulai berinteraksi dengan orang-orang yang berada di sekitar saya dengan bahasa
yang diajarkan oleh orangtua saya sejak kecil,saya berinteraksi dan
menyampaikan segala sesuatunya dengan berbahasa,pada saat-saat tertentu saya
tidak hanya menggunakan bahasa untuk berinteraksi atau berbicara dengan orang
di lingkungan sekitar saya,namun terkadang saya juga berbicara dengan diri saya
sendiri (inner speech),contohnya ketika saya melakukan suatu kesalahan,saya
terkadang menyesal telah melakukan kesalahan itu dan berbicara kepada diri
sendiri misalnya “kenapa aku melakukan itu?”, “bagaimana nanti kalo aku
ketahuan?”,dan ketika saya senang atau ingin memperoleh sesuatu,saya juga
sering berbicara dengan diri sendiri,misalnya “aku harus bisa !!”,”kamu harus
memperolehnya !” dan lain sebagainya.Hal ini juga merupakan suatu cara untuk
mengembangkan diri sendiri dan mampu mengevaluasi diri sendiri untuk menuju
kepada hidup yang lebih baik lagi.
thank you :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar