Anak Berkebutuhan Khusus
Anak
Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,
mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Istilah lain bagi anak berkebutuhan
khusus adalah anak luar biasa. Anak berkebutuan khusus biasanya
bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya
masing-masing. SLB-A untuk tunanetra, SLB-B
untuk tunarungu, SLB-C untuk tunagrahita, SLB-D untuk tunadaksa,
SLB-E untuk tunalaras dan SLB-G untuk cacat ganda.
Anak berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat perhatian
guru menurut Kauffman dan Hallahan antara lain sebagai berikut :
·
Anak tunanetra
·
Anak tunarunguwicara
·
Tunagrahita (mental retardation)
·
Anak berkesulitan belajar (learning
disabilities)
·
Hyperactive
·
Anak tunalaras
·
Anak autistic
·
Anak tunadaksa (physical disability)
·
Anak tunaganda (multiple handicapped)
·
Anak berbakat (gifted and special talents)
SLB-A (Tuna Netra)
Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan
untuk kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra
penglihatannya. Berdasarkan tingkat gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta
total (total blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan (Low
Visioan). Alat bantu untuk mobilitasnya bagi tuna netra dengan menggunakan
tongkat khusus, yaitu berwarna putih dengan ada garis merah horizontal. Akibat hilang/berkurangnya fungsi indra penglihatannya maka
tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra
yang lainnya seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebagainya
sehingga tidak sedikit penyandang tunanetra yang memiliki kemampuan luar biasa
misalnya di bidang musik atau ilmu pengetahuan.
A. Metode Pengajaran
1. Metode Ceramah
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena dalam
pelaksanaan metode ini guru menyampaikan materi pelajaran dengan penjelasan
lisan dan siswa mendengar penyampaian materi dari guru.
2. Metode Tanya Jawab
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena metode
ini merupakan tambahan dari metode ceramah yang menggunakan indera pendengaran.
3. Metode Diskusi
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena mereka
dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi itu karena dalam metode
diskusi kemampuan daya pikir siswa untuk memecahkan suatu persoalan lebih
diutamakan. Dan metode ini bisa diikuti tanpa menggunakan indera penglihatan.
B.
Fasilitas
Alat bantu menulis huruf Braille (Reglette,
Pen dan mesin ketik Braille); alat bantu membaca huruf Braille (Papan huruf dan
Optacon); alat bantu berhitung (Cubaritma, Abacus/Sempoa, Speech Calculator),
serta alat bantu yang bersifat audio seperti tape-recorder. Guru yang mengajar
di sekolah tersebut juga merupakan guru yang telah diberikan pelatihan khusus
untuk menangani anak tunanetra.
C.
Mekanisme Pengajaran
Waktu belajar yang diterapkan dalam 1 mata
pelajaran adalah 40 menit dan waktu istirahat selama 15 menit.
D.
Tujuan Pembelajaran
·
Menjadikan murid lebih terampil dalam membuat
sesuatu.
·
Menjadikan murid lebih mandiri dalam
menghadapi suatu permasalahan.
·
Diharapkan murid lebih dapat bersosialisasi
terhadap lingkungan di sekitarnya.
E.
Manajemen Kelas
Gaya penataan kelas yang digunakan dalam
sekolah ini adalah gaya seminar atau bentuk U karena guru dapat duduk di
tengah-tengah murid dan dapat berinteraksi langsung dengan murid dengan cara
duduk berhadapan dengan murid. Gaya manajemen kelas yang diterapkan adalah gaya
manajemen kelas otoritatif karena gurulah yang mengontrol langsung materi yang
diberikan dalam kegiatan belajar mengajar dan perilaku murid.
SLB-B (Tuna Rungu)
Tuna rungu adalah individu yang memiliki hambatan
dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu
berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1.
Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2.
Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
3.
Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
4.
Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
5.
Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas
91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tuna rungu memiliki
hambatan dalam berbicara
sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu
menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan
secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap
negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi
total yaitu
cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa
tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari
sesuatu yang abstrak.
A.
Metode Pengajaran
Metode pengajaran yang paling tepat untuk
digunakan di sekolah SLB B adalah TCL (teacher centered learning). Dan
memilih
menggunakan metode ini karena anak-anak yang memiliki kekurangan mental
apabila kita membiarkan dan menyuruhnya belajar secara mandiri
maka yang terjadi adalah anak tersebut akan bermain-main dengan temannya.
Dengan pembelajaran yang berpusat pada guru maka murid yang memiliki kekurangan
tadi dapat di bimbing oleh guru dalam melaksanankan pembelajaran di kelas.
Selanjutnya guru tinggal fokus pada perilaku murid, mengarahkan para
murid. Yang dimaksud dengan mengarahkan adalah memberi reward kepada anak yang
melakukan suatu kebaikan dan memberikan punishment kepada murid ketika dia
melakukan sesuatu yang buruk.
B.
Fasilitas
Fasilitas yang sesuai dengan
permediknas tahun 2008 tentang sarana dan pra sarana SLB yang berkategori SLB-B yaitu:
1. Ruang bina komunikasi dan
persepsi bunyi dan irama
2. Ruang bina persepsi
bunyi dan bicara
3. Ruang keterampilan
Dan beberapa fasilitas tambahan yang disediakan adalah:
1. Ruang kelas
2. Gedung sekolah yang
dapat digunakan sebagai pusat pembelajaran
Selain itu saya juga akan menyediakan alat
bantu yang daoat digunakan anak tuna rungu, seperti:
1. Audiometer : Alat ini untuk mengukur taraf
kehilangan pendengaran seseorang
2. Hearing Aids : Alat ini diguakan anak tuna rungu
untuk medengar,baik secara
individu maupun kelompok
3. Tape Recorder : Mengontrol hasil ucapan yang direkam
4. Spatel : Alat bantu untuk
membetulkan posisi bicara
5. Audio Visual : Audio visual seperti film, video,
televisi
6. Cermin : Digunakan sebagai alat bantu
dalam mengucapkan sesuatu
dengan artikulasi yag baik.
C.
Mekanisme Pembelajaran
Pada dasarnya pendidikan anak tuna rungu
dibagi dua yaitu:
1. Segregrasi
2. Integrasi
D.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari pembelajaran di sekolah saya
adalah:
1. Membantu anak tuna
rungu dalam mengembangkan kemampuan mereka
2. Membantu tuna rungu
agar tidak tertinggal
3. Memberi mereka
kesempatan dalam berkarya
4. Membantu memulihkan
pendengaran mereka menggunakan fasilitas yang ada
5. Memberi tahu mereka
bahwa mereka tidak sendiri dan mereka memiliki teman
6. Mengajarkan mereka
tentang kehidupan
7. Memberi mereka
pengetahuan yang dapat digunakan untuk masa depan mereka
8. Memotivasi mereka agar
selalu bersemangat dalam menjalani hidup
E.
Manajemen Kelas
Manajemen kelas yang efektif akan
memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles,2002;Everstone, Emmer,
& Worsham, 2003). Jadi saya akan menggunakan manajemen kelas yang se
efektif mungkin, mungin dengan cara memperkejakan seorang guru yang membimbing
dan menata kegiatan kelas bukan guru yang hanya menekankan pada disiplin. Dan
untuk selanjutnya saya akan mendesain lingkungan fisik kelas. Ada beberapa hal
yang akan saya perhatikan dalam mendesain lingkingan fisik kelas, yaitu:
1. Mengurangi kepadatan
di tempat lalu lalang
2. Memastikan guru dapat
mlihat semua murid
3. Materi pengajaran dan
pembelajaran murid mudah di akses
4. Murid harus bisa
melihat guru yang menjelaskan pelajaran di depan kelas
Dan gaya penataan
kelas yang saya gunakan di dalam kelas adalah gaya auditorium. Saya
memilih gaya ini karena penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru
bebas bergerak kemana saja. Ini akan membantu guru dalam mengawasi seluru
kelas. Dan untuk selanjutnya saya akan berusaha menciptakan lingkungan yang
positif untuk pembelajaran. Caranya adalah saya akan menjelaskan beberapa hal
kepada murid sebelum pelajaran di mulai, yaitu:
1. Mengajarkan aturan dan
prosedur
2. Menjalin hubungan yang
positif dengan murid
3. Mengajak murid untuk
berbagi dan mengemban tanggung jawab
4. Memberi hadiah pada
perilaku yang tepat
SLB-C (Tuna Graghita)
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah
rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa
perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ.
1. Tunagrahita ringan (IQ :
51-70),
2. Tunagrahita sedang (IQ :
36-51),
3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah
20).
Pembelajaran
bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina
diri dan sosialisasi.
A.
Metode Pengajaran
Untuk anak SLB-C atau
mampu didik metode pengajaran yang dapat digunakan adalah metode ceramah oleh
guru seperti pada tingkat Sekolah Dasar lainnya. Dalam hal ini guru menerangkan
materi yang diajarkan. Setelah itu guru dapat melakukan tanya jawab dengan
murid sehingga murid lebih mampu untuk mengerti apa yang diajarkan. Guru juga
bisa menggunakan alat peraga untuk beberapa pelajaran agar anak lebih tertarik
untuk belajar dan mampu untuk mengingat lebih baik materi pembelajarannya.
Setiap minggunya juga dapat dibuat pelaporan kinerja sehingga guru dapat
mengetahui perkembangan anak secara baik juga memberikan reward bagi anak yang
berkembang dengan baik dan disiplin dalam kelas.
B.
Fasilitas
·
Menyediakan guru-guru yang berkualitas yang
mengerti tentang Anak Berkebutuhan Khusus dan memiliki pengalaman yang baik di
bidang ini.
·
Menyediakan buku-buku yang berkualitas dan
sesuai bagi peserta didik pada tingkatannya masing-masing.
·
Menyediakan ruang kelas yang nyaman dan aman
untuk kegiatan belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung
dengan baik.
·
Menyediakan alat peraga yang menunjang pada
kegiatan belajar mengajar.
·
Menyediakan tempat bermain dan taman yang baik
dan aman untuk peserta didik.
C.
Mekanisme Pengajaran
Mekanisme pengajaran
yang dapat diterapkan bisa sama dengan anak Sekolah Dasar pada umumnya. Bisa
digunakan waktu 30-35 menit untuk setiap mata pelajarannya. Yaitu dengan 20
menit ceramah oleh guru dan 10 menit tanya jawab dengan siswa.
D.
Tujuan Pembelajaran
Mengembangkan
kemampuan akademik peserta didik secara optimal agar dapat mandiri dalam
kehidupan dan menyiapkan peserta didik
agar memiliki dasar-dasar kecerdasan, pengetahuan, keperibadian, serta akhlak yang
mulia. Membekali peserta didik
untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih lanjut
dan menyiapkan peserta didik agar dapat bersosialisasi di
masyarakat.
E.
Manajemen Kelas
Gaya Penataan
Dapat digunakan gaya
seminar yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah besar murid duduk berbentuk
lingkaran, persegi, atau bentuk U. Pada gaya ini guru akan lebih mudah untuk
menjangkau murid-muridnya sehingga guru lebih mudah mengetahui apa yang
dilakukan murid dan mengetahui apakah murid sudah mengerti atau tidak.
Strategi Umum
Dapat digunakan gaya
otoritatif yaitu melibatkan murid dalam kerja sama give and take dan
menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Sehingga mereka mampu untuk berkerja
sama dengan teman, tidak cepat puas, dan berusaha mencapai penghargaan
tertinggi.
SLB-D (Tuna Daksa)
Tunadaksa adalah individu
yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat
bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada
tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui
terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan
koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan
fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
A.
Metode Pengajaran
Ceramah
Diskusi Berkelompok
Praktek (Dalam pengajaran
kegiatan agar lebih mandiri dalam kegiatan sehari-hari).
B.
Fasilitas
Pengajar/Pembina, Psikolog dan Dokter
khusus untuk menjamin perkembangan anak.
Gedung dan Ruang yang dikhususkan untuk keperluan anak
tuna daksa.
(Contoh: Terdapat tangga
yang rata tanpa anak tangga yang dikhususkan untuk
memudahkan siswa yang memakai kursi roda, atau wastafel rendah agar mereka
tidak perlu dibantu berdiri untuk mencuci tangan.)
Komputer, Alat olahraga,
UKS yang lengkap.
C.
Mekanisme Pembelajaran
Pertemuan
dilakukan 5 hari aktif untuk pelajaran akademis / pelatihan berkegiatan untuk
mandiri dan 1 hari untuk ekstrakulikuler. Dalam sehari pertemuan
diadakan 14 jam dengang istirahat 2x30 menit setiap pertemuannya. Setiap mata
pelajaran berlaku 45menit/pertemuan.
Proses belajar mengajar
dimulai dengan; ceramah 30 menit, berdiskusi sekelompok 60 menit, praktek (jika
diperlukan).
D.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum:
Meningkatkan status
kesehatan dan mengurangi tingkat ketergantungan anak penyandang cacat di SLB.
Tujuan Khusus:
1. Meningkatnya
kemampuan tenaga kesehatan di puskesmas dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan anak
penyandang
cacat di SLB.
2. Memberi
makna bahwa mereka dapat belajar apa yang anak normal lain dapat
pelajari (khususnya dalam hal akademis dan bakat).
E.
Manajemen Kelas
Setiap kelas berisi 7-12
anak.
Setiap kelas didampingi
2-3 pengajar (diharapkan 1 pengajar/pembina memegang 3-4 anak)
SLB-E (Tuna Laras)
Tuna laras adalah individu yang mengalami hambatan
dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tuna laras biasanya menunjukan prilaku menyimpang
yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tuna laras dapat disebabkan karena faktor internal
dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
A.
Metode Pengajaran
Metode Pengajaran menggunakan Teacher Centered
Learning (TCL) dikarenakan butuh control dari pengajar agar tidak terjadi
kecelakaan akibat keterbatasan atau kekurangan pengendalian emosi.
B.
Fasilitas
Pengawas pembelajaran dimana di setiap proses
belajar mengajar ada pengawas yang menjadi control kelas penjauhan dari
fasilitas benda-benda yang dapat melukai. Misal: benda tajam, kursi diganti
dengan karpet, psikolog yang mampu sebagai monitoring
emosi atau therapy penenang, fasilitas medis untuk mengatasi hal-hal yang
berkenaan dengan medis.Penggunaan slide dan infokus serta hal-hal
yang tidak impulsive agar tidak mendis kombabulasikan emosi
C.
Mekanisme Pengajaran
Pengajar memberikan materi yang berkenaan
dengan kognisi dan intelegensi anak-anak tuna Laras. Pengajar diberikan
training oleh psikolog mengenai cara mengatasi ABK. Lalu setiap bahan
pengajaran diberikan feedback kepada anak ABK seminim mungkin dan senyaman
mungkin bagi mereka
D.
Tujuan Pembelajaran
Untuk membantu
akademis dan kesejahteraan anak-anak ABK terutama penyandang tuna Laras agar
bisa bercampur dengan masyarakat di masa depan dan terjamin masa depan yang
lebih baik.
E.
Manajemen Kelas
Manajemen kelas menggunakan kelas kluster dan
auditorium, disesuaikan dengan kondisi kelas. Waktu 5 hari dalam seminggu
sebagai insentif kenyamanan penyandang tuna Laras. Tempat akan di pisahkan
dalam kelas tertentu menurut dari kemampuan kestabilan emosi dan akademis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar